Kak Nata: Dari Pelayan Desa Menjadi Penggerak Dapur Gizi

Di balik wangi masakan sehat yang keluar dari Dapur Gizi Koa, ada sosok perempuan yang sabar, penuh semangat, dan selalu tersenyum, ia adalah Kak Nata. Perempuan dengan nama lengkap Natersia Da Silva ini telah mendedikasikan hidupnya sejak tahun 2015 untuk pelayanan bersama Yayasan Wadah. Berawal sebagai sekretaris program Listrik Tenaga Surya (LTS) dan pendamping PAUD,…

By.

min read

1-1

Di balik wangi masakan sehat yang keluar dari Dapur Gizi Koa, ada sosok perempuan yang sabar, penuh semangat, dan selalu tersenyum, ia adalah Kak Nata. Perempuan dengan nama lengkap Natersia Da Silva ini telah mendedikasikan hidupnya sejak tahun 2015 untuk pelayanan bersama Yayasan Wadah. Berawal sebagai sekretaris program Listrik Tenaga Surya (LTS) dan pendamping PAUD, Kak Nata terus setia mendampingi berbagai program dari UBSP hingga kini menjadi Ketua Pokja Pendidikan. Semua dijalaninya dengan hati, karena baginya pelayanan bukan sekadar tugas, tetapi panggilan.

 

Merintis Dapur Gizi dari Nol

Gagasan Dapur Gizi di Koa lahir dari inisiatif Pak Mario dan teman-teman setelah Rakernas Wadah. Tindak lanjut dari gagasan ini, Kak Nata bersama tim belajar langsung di Dapur Bojong Koneng, Hambalang, selama dua hari. Sepulangnya ke Koa, ia tak hanya memantau pembangunan, tetapi juga gencar memberi informasi ke masyarakat bahwa desa mereka akan menjadi penerima manfaat program Dapur Gizi Koa dibawah naungan Yayasan Wadah. Pada Maret 2025, perekrutan relawan pun dimulai. Proses seleksi dilakukan bersama pemerintah desa, dengan persyaratan sehat, berdomisili di Koa, dan siap melayani. Dari 35 pendaftar, terpilih 18 relawan kebanyakan ibu rumah tangga dan petani. Mereka bekerja menyiapkan dapur hingga resmi beroperasi pada Juli 2025.

“Melihat ibu-ibu yang awalnya hanya memasak di rumah kini bisa bekerja dan belajar bersama adalah kebahagiaan tersendiri,” tutur Kak Nata.

 

Sekolah Kehidupan di Balik Dapur

Dapur Gizi bukan hanya tempat memasak, tapi juga ruang pembelajaran. Para relawan dilatih:

  • Mengolah menu bergizi dan higienis, menjaga kebersihan bahan dan peralatan.
  • Manajemen dapur sesuai standar BGN.
  • Nilai spiritual dan kebersamaan: setiap aktivitas selalu diawali doa agar setiap masakan menjadi berkat karena nilai ini selalu ditanamkan selama pelayanan bersama Yayasan Wadah

Perubahan terlihat jelas. Banyak mama dapur kini menata rumah lebih rapi, membawa kebiasaan sehat ke keluarga. Mereka pun belajar memandang pekerjaan dengan hati positif dan rasa syukur.

Surat Cinta dari Anak-Anak

Anak-anak penerima manfaat sering mengirimkan catatan kecil berisi ucapan terima kasih atau permintaan menu favorit. Surat-surat itu dipajang di dapur, menjadi pengingat bahwa setiap hidangan berarti bagi tumbuh kembang anak-anak.

“Doa dan tulisan mereka membuat kami merasa dihargai. Ini hadiah paling manis,” kata salah satu relawan.

 

Menggerakkan Ekonomi Lokal

Dapur Gizi juga menghidupkan ekonomi Koa. Sayur, beras, bumbu, ayam, dan tempe sebagian besar dipasok oleh warga setempat. Petani kecil yang semula menanam untuk kebutuhan rumah kini menanam lebih banyak karena ada pasar yang menanti. Meski belum semua kebutuhan bisa dipenuhi karena terkendala lahan dan air, semangat gotong royong terasa di setiap langkah para pemasok.

 

Kepemimpinan yang Menginspirasi

Mengelola 18 relawan dengan latar belakang beragam bukan hal mudah. Kak Nata belajar menata emosi, mengajarkan disiplin, dan menanamkan standar tinggi agar dapur tetap sesuai aturan.

“Mengelola SDM berarti mengelola hati dan pikiran. Kita bekerja agar hasilnya dirasakan banyak orang, sambil memahami bahwa setiap orang punya cerita dan pendidikan yang berbeda,” ungkapnya.

Pengalaman ini menumbuhkan keberanian berwirausaha. Kak Nata kini bermimpi mengembangkan usaha sayur dan telur, hal ini membuktikan bahwa pengalaman melayani dapat menjadi modal bisnis.

 

Nilai yang Tumbuh Bersama

  • Doa dan syukur sebagai dasar setiap aktivitas.
  • Kesabaran dan kekompakan untuk tujuan bersama.
  • Pemberdayaan perempuan: ibu rumah tangga kini mandiri dan berdaya.
  • Cinta lingkungan: mendukung pertanian lokal dan pengelolaan limbah organik.

 

Menebar Gizi, Menumbuhkan Harapan

Bagi Kak Nata, Dapur Gizi bukan hanya sekadar tempat memasak. Ia adalah sekolah kehidupan: tempat ibu-ibu menata mimpi, tempat anak-anak merasakan kasih sayang dalam setiap hidangan. Pada awal pembukaan, untuk penyediaan peralatan dapur hingga seragam, Yayasan Wadah Titian Harapan mempercayakan kepada Koperasi Wadah. Koperasi Wadah bangga menjadi bagian dari perjalanan ini, sebuah kisah yang mengajarkan bahwa pelayanan dengan hati dapat menumbuhkan harapan dan memberdayakan banyak kehidupan. Keberadaan dapur gizi juga memberikan banyak ilmu di bidang usaha bagi setiap yang terlibat, sehingga langkah ini menjadi batu loncatan atau modal untuk memulai usaha yang lebih besar dimasa depan, bahkan saat suatu hari Program Dapur Gizi sudah selesai.

 

 

Penulis : Ni Luh Devi

Editor : Sherly Lengkey

 

 

 

One response to “Kak Nata: Dari Pelayan Desa Menjadi Penggerak Dapur Gizi”

  1. ai watermark remover Avatar

    Haha, ini cerita Dapur Gizi yang bikin penasaran! Melihat ibu-ibu yang awalnya hanya memasak di rumah kini bisa bekerja dan belajar bersama adalah kebahagiaan tersendiri, katanya Kak Nata. Siapa tadi yang mengatain usaha rumah tangga gak penting? Sih, malah jadi relawan, belajar standar BGN, dan bahkan menggerakkan ekonomi lokal! Wah, jadi mama dapur jadi keren banget. Dan yang paling enak, surat cinta anak-anak jadi hadiah manis. Alasannya? Doa dan tulisan mereka membuat kami merasa dihargai. Oke, ini program yang bikin hidung menggigit, gak hanya gizi lo, tapi gizi hati juga!ai watermark remover

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *